Minggu (15/12) menjadi hari luar biasa di Desa Wisata Aik Bual, Kecamatan Kopang. Embung Bual yang biasanya tenang mendadak “meledak” oleh ribuan warga yang tumpah ruah mengikuti Festival Bekerase. Tidak tanggung-tanggung, lebih dari 7.000 orang datang untuk bergotong royong menangkap ikan di embung sekaligus membersihkan waduk dari sampah
1,3 Ton Ikan untuk Semua! Dengan penuh semangat, warga menceburkan diri ke embung yang sudah dipenuhi 1,3 ton ikan hasil pelepasan oleh pemerintah desa. Tapi sebelum aksi “panen ikan akbar” dimulai, tradisi ini dibuka dengan doa yang dipandu oleh tokoh agama setempat. Maklum saja, keselamatan tetap nomor satu di acara sebesar ini.
“Bekerase ini bukan cuma soal menangkap ikan, tapi ada makna mendalam, yaitu memperbaiki diri dan lingkungan,” ujar Ketua Panitia Festival, Hairul Anam.
Dari Tradisi Desa ke Event Pariwisata! Awalnya tradisi Bekerase hanyalah kegiatan lokal biasa. Namun, berkat dukungan Pemkab Lombok Tengah, festival ini telah masuk ke dalam kalender event pariwisata daerah. Hairul Anam mengungkapkan impiannya agar suatu saat Festival Bekerase bisa naik level menjadi event provinsi atau bahkan nasional.
“Kami ingin Bekerase ini tidak hanya menjadi kebanggaan Desa Aik Bual, tapi juga Lombok Tengah,” tambahnya.
Hiburan, Ekonomi, dan Rekor Baru Acara ini juga diramaikan dengan berbagai hiburan menarik, mulai dari musik tradisional hingga kuliner lokal yang memanjakan lidah. Para pedagang yang berjejer di sekitar embung mengaku omzet mereka naik drastis.
“Alhamdulillah, tahun ini jumlah pengunjung mencetak rekor baru. Kami mencatat lebih dari 7.000 orang hadir, lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya,” ungkap Kepala Desa Aik Bual, Junaidi, dengan raut bahagia.
Junaidi menambahkan bahwa Festival Bekerase tidak hanya menjadi ajang bersenang-senang, tetapi juga membawa dampak positif bagi perekonomian desa. “Ini gawe besar yang terus kami kemas agar lebih menarik. Masyarakat desa senang, wisatawan pun puas,” katanya.
Gotong Royong yang Menginspirasi Festival ini memang penuh makna. Selain menjadi ajang mempererat silaturahmi warga, acara ini juga mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian alam. Gotong royong membersihkan embung dari sampah menjadi bagian utama dari tradisi ini.
“Bonusnya, ya, ikan! Tapi nilai sebenarnya adalah kebersamaan dan kepedulian terhadap lingkungan,” tutur Hairul Anam.
Bekerase, Simbol Kebangkitan Desa Festival ini berhasil membuktikan bahwa kekayaan tradisi bisa menjadi kekuatan besar untuk membangkitkan desa. Tidak hanya menarik wisatawan, acara seperti ini juga memperlihatkan bagaimana nilai-nilai lokal bisa menjadi magnet bagi pengunjung.
“Festival ini akan terus kami dukung. Ke depan, kami berupaya menjadikannya lebih megah dan berdampak lebih besar lagi,” tutup Junaidi optimis.
Dengan segala kehebohan dan pesan moralnya, Festival Bekerase bukan lagi sekadar tradisi, tapi sudah menjadi simbol kebangkitan Desa Aik Bual menuju masa depan yang lebih gemilang. Dan siapa yang tidak tergoda untuk ikut basah-basahan menangkap ikan di tengah sorak-sorai ribuan warga? Sampai jumpa di Festival Bekerase tahun depan!