Sembalun, salah satu permata wisata Lombok Timur yang telah memikat hati dunia, kini menghadapi ironi memilukan. Di balik keindahan alam dan keelokan pemandangan Rinjani, bau sampah menguar, mengusik harmoni desa yang kerap disebut surga para pendaki. Sudah bertahun-tahun, warga dan wisatawan harus bersahabat dengan tumpukan sampah yang kian menjadi “landmark” tak resmi wilayah ini. Kali ini, warga Sembalun angkat suara lebih lantang. Mereka meminta Pemkab Lombok Timur segera merealisasikan pembangunan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) yang telah dijanjikan sejak zaman purbakala—eh maksud kami, bertahun-tahun lalu.
Ultimatum Sampah di Kantor Desa
Puncaknya, beberapa hari lalu warga yang kecewa memutuskan untuk melakukan aksi ekstrem: membuang sampah di depan kantor desa. “Kami sudah bosan menunggu janji manis pemerintah. Kalau tidak ada tindakan nyata, mungkin sampah akan terus menghiasi halaman kantor desa!” ujar Marzoni, tokoh masyarakat Sembalun Lawang, dengan nada tegas namun tetap santun.
Warga tidak hanya menuntut TPST dibangun, tetapi juga menginginkan edukasi pengelolaan sampah untuk masyarakat. “Kalau cuma membangun TPST, itu baru separuh solusi. Kami juga butuh edukasi agar masyarakat tahu cara mengelola sampah, misalnya menjadi kompos atau produk daur ulang,” lanjut Marzoni.
Wisata Dunia, Masalah Sampah Lokal
Sembalun dikenal dunia sebagai destinasi wisata utama, tetapi sampah justru menjadi “souvenir” tak diinginkan bagi wisatawan. Sampah plastik dan organik tersebar di mana-mana, bahkan ada yang sampai ke sungai. Warga mengusulkan tiga lokasi untuk pembangunan TPST, yakni di Blok Nusa, Dusun Puan Desa Sajang, dan Bilo Petung. Namun, hingga kini belum ada keputusan pasti dari Pemkab.
“Kami sudah survei dan siapkan lokasi. Sekarang hanya tinggal menunggu realisasi. Sampah ini mencoreng wajah pariwisata Sembalun,” tambah Marzoni.
Pemkab dan Janji “Megah” TPST
Kadis PUPR Lombok Timur, Achmad Dewanto Hadi, mengungkapkan bahwa pembangunan TPST adalah bagian dari inisiatif Pj Bupati Lombok Timur. Anggaran sebesar Rp 10 miliar telah disiapkan untuk membangun fasilitas yang digadang-gadang sebagai solusi utama masalah sampah di Sembalun. Rencananya, TPST akan mulai dibangun pada 2025 dengan target selesai pada 2026. Namun, proses pembebasan lahan masih menjadi kendala utama.
“Kami butuh dukungan penuh dari masyarakat untuk menyukseskan proyek ini. Dengan TPST, sampah bisa diolah lebih efektif, lingkungan bersih, dan bahkan bisa membuka lapangan kerja baru,” kata Dewanto.
Realita vs Harapan
Namun, janji Pemkab seperti deja vu bagi warga. “Setiap tahun, kami mendengar wacana yang sama. Lalu mana hasilnya? Sampah tetap ada, dan wisatawan terus komplain,” ujar salah seorang warga dengan nada getir.
Warga juga mempertanyakan efektivitas rencana tersebut. “Kalau prosesnya sampai 2026, bagaimana dengan sampah yang menumpuk selama dua tahun ke depan? Kita butuh solusi sementara, bukan hanya janji masa depan,” kritik Marzoni.
Apakah TPST Solusi Akhir?
Di tengah pro dan kontra, sebagian warga mulai mengambil langkah kecil untuk mengatasi masalah ini. Sejak 2018, beberapa warga telah mencoba mendaur ulang sampah menjadi kompos atau kerajinan tangan. Namun, jumlahnya terlalu kecil untuk mengatasi volume sampah yang ada. “Kita butuh komitmen serius dari pemerintah, bukan hanya inisiatif sporadis dari segelintir warga,” tegas Marzoni.
Viral dan Tekanan Sosial
Aksi warga membuang sampah di kantor desa sempat viral di media sosial, menarik perhatian warganet. Banyak yang mendukung langkah tersebut sebagai bentuk protes damai namun efektif. “Ini baru namanya gerakan rakyat! Kalau pemerintah lambat, rakyat harus bersuara!” tulis seorang pengguna Twitter.
Namun, ada pula yang mengkritik aksi tersebut sebagai tidak produktif. “Buang sampah di kantor desa bukan solusi. Malah bikin kesan negatif untuk Sembalun,” tulis komentar lain.
Kesimpulan: Saatnya Pemerintah Bergerak Cepat
Warga telah memberikan ultimatum yang jelas. Jika Pemkab Lombok Timur tidak segera bergerak, bukan tidak mungkin aksi serupa akan berlanjut. Sembalun, sebagai destinasi wisata dunia, tidak boleh terus dibiarkan menjadi tempat pembuangan sampah raksasa. Kini, semua mata tertuju pada Pemkab. Akankah mereka benar-benar menepati janji mereka? Atau, seperti yang sudah-sudah, janji itu hanya akan menjadi sampah berikutnya di tumpukan masalah Sembalun?