Desa Jenggik Utara mendadak menjadi sorotan nasional setelah Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, mengumumkan rencana ambisius: pembangunan Rumah Edukasi bagi mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI). Dalam kunjungan kerjanya beberapa hari lalu, Menteri Karding memantau langsung uji coba program makan bergizi gratis di desa tersebut. Namun, alih-alih hanya soal gizi, diskusi berkembang ke arah yang lebih luas: pemberdayaan ribuan mantan PMI di Lombok Timur.
Kabupaten Lombok Timur: Pemasok PMI Terbesar NTB
Bukan rahasia lagi, Lombok Timur dikenal sebagai salah satu daerah pemasok PMI terbesar di NTB, bahkan menduduki posisi ketiga di Indonesia. Namun, apa yang terjadi setelah mereka kembali ke tanah air? Banyak mantan PMI terjebak dalam ketidakpastian, tanpa keterampilan baru atau peluang usaha yang jelas. Kondisi ini memunculkan ide membangun Rumah Edukasi sebagai solusi.
“Kita akan upayakan Rumah Edukasi ini. Kami segera berkomunikasi dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Pemerintah NTB agar ini cepat terwujud,” kata Menteri Karding dengan nada penuh optimisme.
Harapan atau Sekadar Angan?
Menurut Karding, Rumah Edukasi ini nantinya akan menjadi tempat bagi mantan PMI untuk mengasah keterampilan, belajar usaha mandiri, hingga mengikuti pelatihan khusus. Ia bahkan menyebut proyek ini sebagai “langkah strategis untuk menciptakan pemberdayaan yang berkelanjutan”. Tapi pertanyaannya, seberapa serius pemerintah akan mewujudkan ide ini? Apakah ini hanya janji manis di tengah gemuruh isu pekerja migran?
Suarakan Harapan dari Desa
Kepala Desa Jenggik Utara, Sparin, menyambut baik wacana tersebut. Ia menyebut rumah edukasi ini sebagai “angin segar” bagi masyarakat desa, terutama mantan PMI yang selama ini minim akses pelatihan. “Kami kekurangan fasilitas edukasi seperti ini. Pelatihan sangat penting agar mereka bisa mandiri dan melanjutkan usaha meskipun dalam skala kecil,” ungkapnya.
Namun, Sparin juga mengingatkan bahwa wacana saja tidak cukup. Ia berharap pemerintah benar-benar serius, tidak sekadar menjadikan ide ini sebagai bahan kampanye politik.
Bukan Sekadar Pelatihan, Tapi Masa Depan
Keberadaan Rumah Edukasi tidak hanya soal keterampilan, tapi juga soal martabat dan masa depan. Para mantan PMI, yang sebagian besar bekerja keras di luar negeri untuk menyambung hidup keluarga, seringkali kembali dengan tangan kosong. Mereka butuh lebih dari sekadar pujian; mereka butuh solusi nyata.
“Ini bukan sekadar tempat belajar keterampilan. Ini adalah upaya membangun masa depan purna PMI agar lebih baik. Kita tidak bisa membiarkan mereka terlantar setelah kembali,” tegas Menteri Karding.
Bola Panas di Tangan Pemerintah
Kini, bola panas ada di tangan pemerintah. Masyarakat Lombok Timur, khususnya mantan PMI, menanti langkah konkret. Apakah Rumah Edukasi ini hanya akan menjadi janji yang menguap seiring waktu, atau benar-benar menjadi solusi jangka panjang bagi ribuan pekerja migran yang kembali?
Wacana ini memang terdengar luar biasa, tapi seperti kata pepatah, “Talk is cheap, action speaks louder.” Masyarakat menunggu aksi nyata, bukan sekadar wacana kosong. Apakah Menteri Karding dan timnya mampu menjawab tantangan ini? Kita tunggu bersama. #RumahEdukasi #PMILombokTimur #JanjiAtauAksi