Lombok Barat kembali dihadapkan pada tantangan serius dalam mengantisipasi bencana. Stok pangan berupa beras di instansi terkait dilaporkan hanya tersisa lima ton. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terhadap kesiapan daerah dalam menghadapi kemungkinan bencana besar. Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Lombok Barat, Khalid, membeberkan fakta ini dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
“Kami saat ini hanya memiliki stok beras sebanyak lima ton lebih, dan itu pun masih tersimpan di Bulog. Kami memilih menyimpannya di sana karena jika disimpan sendiri, keamanannya tidak terjamin,” jelas Khalid. Ia menegaskan, gudang penyimpanan milik dinas tidak memadai, sehingga kerjasama dengan Bulog menjadi solusi untuk menjaga kualitas beras tetap prima hingga didistribusikan.
Harga Beras Naik, Kerjasama Bulog Jadi Penyelamat
Dalam menghadapi fluktuasi harga beras yang kini mencapai Rp 14 ribu per kilogram dan diprediksi naik hingga Rp 15 ribu pada Desember 2024, kerjasama dengan Bulog menjadi kunci penting. “Karena Pemda memiliki dana yang disimpan di Bulog, harga beras yang akan kami distribusikan akan mengikuti harga saat pengambilan. Ini penting untuk menjaga efisiensi anggaran,” tambah Khalid.
Namun, Khalid juga menyoroti bahwa stok pangan ini belum dapat digunakan untuk membantu ratusan korban puting beliung di Desa Kuripan. Alasannya, hingga saat ini belum ada instruksi dari Pj. Bupati Lombok Barat untuk mengeluarkan bantuan tersebut. “Tanpa instruksi resmi, kami tidak bisa mengambil langkah untuk mendistribusikan bantuan. Kami harus menunggu keputusan dari pimpinan,” ungkapnya.
Rencana Penambahan Stok untuk Tahun Depan
Melihat kebutuhan yang semakin meningkat, Dinas Ketahanan Pangan Lombok Barat merencanakan penambahan stok cadangan pangan untuk tahun 2025. Dengan alokasi anggaran sebesar Rp 500 juta, stok cadangan pangan direncanakan akan meningkat menjadi 30 ton. “Dengan tambahan anggaran ini, kami optimis dapat memenuhi kebutuhan pangan darurat untuk tahun 2025, baik untuk bencana kecil maupun besar,” ujar Khalid.
Krisis yang Mengintai: Kesiapan atau Kekurangan?
Meski rencana penambahan stok ini terlihat menjanjikan, banyak pihak yang mempertanyakan apakah lima ton stok yang ada saat ini cukup untuk menghadapi bencana mendadak. Apalagi, wilayah Lombok Barat sering dilanda bencana seperti puting beliung, banjir, dan gempa bumi.
“Kami sangat berharap stok tambahan dapat segera terealisasi. Namun, pemerintah juga perlu memprioritaskan langkah cepat dalam situasi darurat. Koordinasi antara dinas, Bulog, dan Pemda harus lebih proaktif,” kata seorang pemerhati ketahanan pangan di Lombok Barat.
Tantangan Pengelolaan Stok dan Distribusi
Selain kekhawatiran tentang jumlah stok yang minim, faktor distribusi juga menjadi tantangan tersendiri. Dengan kondisi gudang penyimpanan yang tidak memadai, dinas harus terus bergantung pada fasilitas Bulog. Hal ini menjadi perhatian, terutama jika terjadi kendala logistik dalam situasi bencana besar.
“Kami butuh solusi jangka panjang, seperti pembangunan gudang penyimpanan yang layak. Ini tidak hanya memastikan ketersediaan pangan, tetapi juga menjamin akses cepat saat situasi darurat,” ujar Khalid menutup pembicaraan.
Catatan Akhir: Warga Menunggu Kepastian
Di tengah ancaman bencana yang terus membayangi, warga Lombok Barat hanya bisa berharap pemerintah daerah segera mengambil langkah konkret. Kesiapan stok pangan bukan hanya soal angka, tetapi juga kecepatan dan efektivitas distribusi dalam merespons kebutuhan mendesak. Apakah tambahan stok di tahun depan akan cukup? Atau, apakah ini hanya janji manis yang sulit diwujudkan? Hanya waktu yang akan menjawab.