Siapa bilang Nusa Tenggara Barat (NTB) hanya tentang tambang? Dari hasil tambang yang mengguncang perekonomian hingga udang vaname yang berenang ke meja makan dunia, NTB punya segalanya untuk jadi raksasa ekspor yang selama ini tersembunyi di balik pesona alamnya.
Dalam sebuah Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di Balatkop UKM NTB, Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Luar Negeri (PPLN) Disdag NTB, Baiq Denny Evita Darmiyana, mengungkapkan potensi NTB yang tak kalah “menggoda” dari tambang. “Selain tambang, kita punya produk kerajinan, hasil laut, hingga produk perkebunan yang sudah tembus pasar internasional. Tapi syaratnya, kualitas ekspor harus dipegang teguh,” ujarnya sambil mengajak para pelaku UMKM untuk lebih percaya diri melangkah ke panggung global.
Produk ekspor NTB saat ini bak warna-warni pelangi. Dari kerajinan tangan seperti buah kering dan kayu, hasil laut seperti udang vaname, tuna, hingga hasil perkebunan seperti kopi dan beragam kriya yang mampu menembus pasar Eropa. Bukan hanya memikat mata, produk-produk ini juga mendulang cuan yang tak main-main.
“Industrialiasi itu kuncinya. Jangan hanya puas dengan hasil mentah. Tambahkan sentuhan teknologi dan inovasi supaya nilai jualnya meningkat,” tambah Denny penuh semangat.
Namun, jalan menuju “go international” tak semudah memetik kelapa di pantai Gili Trawangan. Tantangan mulai dari memahami kualifikasi ekspor hingga melengkapi dokumen seperti Surat Keterangan Asal (SKA) adalah beberapa kendala yang kerap dihadapi pelaku UMKM. Tapi jangan khawatir, Pemerintah NTB hadir sebagai penyelamat. “Kami terus mendukung UMKM agar bisa lebih kompetitif dan siap bersaing di pasar global,” tegasnya.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM NTB, Ahmad Masyhuri, pun menambahkan bahwa FGD kali ini dirancang untuk membuka jalan kolaborasi lintas sektor. “Kita gandeng perbankan, BUMN, profesional, dan akademisi. Semua bersatu untuk mendorong UMKM kita jadi motor ekonomi NTB yang baru,” paparnya.
Lalu, apa saja produk NTB yang sudah mulai unjuk gigi di pasar dunia? Selain hasil tambang seperti konsentrat dan batu apung, udang vaname, lobster, dan tuna menjadi primadona ekspor hasil laut. Dari perkebunan, kopi NTB semakin dikenal di berbagai kafe Eropa. Bahkan, kerajinan kayu dan kriya NTB sudah terpampang di ruang tamu kolektor di Jepang dan Amerika.
Pertanyaannya, sudahkah masyarakat NTB menyadari kekayaan ini? Potensi yang tidak hanya menghasilkan dolar, tetapi juga kebanggaan. Kalau Australia punya kangguru dan Jepang punya teknologi, NTB punya beragam komoditas yang menunggu disentuh tangan-tangan kreatif masyarakatnya.
Inilah waktunya NTB bangkit dan menghapus stigma sebagai daerah penghasil tambang saja. Dengan strategi yang tepat dan dukungan pemerintah, NTB bukan hanya menjadi bagian dari peta dunia, tetapi juga pemain utama di panggung internasional.
“NTB bukan hanya tambang. Ini saatnya kita tunjukkan bahwa kita bisa berlari lebih kencang dari sebelumnya,” tutup Denny dengan optimisme yang menggetarkan. Jadi, siapkah NTB menjadi poros baru ekspor Indonesia? Dunia sudah menunggu!