Apa yang akan terjadi jika kain tenun khas NTB tiba-tiba menjadi tren di Paris atau New York? Atau bagaimana jika keripik rumput laut asal Lombok mengguncang pasar Asia? Wakil Menteri Perdagangan RI, Dyah Roro Widyas Putri, sepertinya memiliki misi besar: membawa produk UMKM Indonesia, termasuk dari NTB, ke panggung global. Dengan gaya santai namun penuh determinasi, Wamendag menebar semangat untuk pengembangan UMKM lokal saat mengunjungi gerai NTB Mall di kompleks Islamic Center (IC) Mataram, Jumat (13/12).
“Kita tidak hanya ingin produk UMKM tembus pasar global, tapi juga ekspor dalam jumlah besar dan berkelanjutan,” ungkap Dyah Roro. Sebuah pernyataan yang mungkin terdengar biasa, tapi ada semangat “revolusi” di dalamnya. Ia menegaskan bahwa UMKM Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, harus mampu menjawab kebutuhan pasar luar negeri dengan produk yang relevan dan kompetitif.
UMKM NTB: Dari Lokal ke Global
Produk-produk UMKM NTB, seperti kain tenun Sukarara yang sarat budaya, sejatinya punya daya tarik luar biasa. Namun, tanpa inovasi, produk ini hanya akan “diam” di pasar lokal. Kepala Dinas Perdagangan NTB, Baiq Nelly Yuniarti, pun ikut mendorong para perajin untuk lebih inovatif dalam membaca tren pasar internasional.
“Tenun NTB itu luar biasa, tapi jangan hanya jadi sarung. Harus berani jadi jaket, dress, atau bahkan tas yang bisa masuk pasar fesyen luar negeri,” tegas Baiq Nelly. Tantangan ini menjadi “wake-up call” bagi para pelaku UMKM untuk berani berpikir di luar kotak.
Digital Marketing: Senjata Rahasia UMKM
Selain produk inovatif, Dyah Roro menekankan pentingnya ‘digital marketing’ sebagai senjata utama UMKM untuk menembus pasar global. Kementerian Perdagangan bahkan telah menyediakan platform Ina Export, sebuah website khusus yang membantu UMKM memasarkan produknya ke luar negeri.
“Pakai platform ini, produk kita nggak cuma dikenal di Indonesia, tapi juga bisa masuk radar pembeli di Amerika, Eropa, atau bahkan Timur Tengah,” tambahnya. Namun, Dyah juga mengingatkan bahwa inovasi produk tetap jadi kunci utama.
Gerakan “Tenun Go Global”
Mimpi Wamendag membawa produk UMKM NTB mendunia mendapat sambutan hangat dari pelaku usaha lokal. Salah satu pengrajin tenun asal Sukarara, Siti Hasanah (34), mengaku mulai mencoba membuat variasi produk berbasis kain tenun, seperti dompet dan clutch yang lebih modern.
“Awalnya kami pikir tenun cuma buat selendang atau kain, tapi sekarang saya lihat banyak permintaan produk kecil yang praktis,” ungkapnya. Harapan Siti, bersama ribuan pelaku UMKM lainnya, adalah bahwa inovasi ini bisa membuka jalan ekspor yang lebih luas.
NTB Mall: Etalase Kecil untuk Mimpi Besar
Di gerai NTB Mall yang menjadi salah satu etalase UMKM lokal, Wamendag Dyah Roro memberikan atensi khusus pada beberapa produk unggulan seperti madu, kopi lokal, dan kerajinan berbahan dasar bambu. Ia menyebutkan bahwa branding adalah tantangan terbesar yang harus diatasi UMKM untuk bersaing di pasar global.
“Saya optimis, kalau UMKM NTB bisa memperbaiki branding, mereka akan jadi pesaing tangguh di pasar internasional,” ujar Dyah Roro dengan penuh semangat.
NTB Menuju Era Baru
Kunjungan Dyah Roro ke NTB bukan sekadar seremonial biasa. Ia membawa harapan dan strategi nyata untuk membawa UMKM lokal menuju era baru, era di mana produk-produk NTB bisa bersaing di level global. Tapi, tentu saja, semua ini butuh sinergi: antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat yang bangga akan produk lokalnya.
Ekspor atau Mati?
Pernyataan Wamendag bahwa UMKM harus ekspor besar-besaran sebenarnya adalah tantangan serius. Ini bukan soal “coba-coba,” tapi soal bertahan di tengah gempuran produk luar. Jika UMKM tidak segera bergerak, mereka bisa saja tenggelam di pasar lokal yang kian sempit. Jadi, pertanyaannya sekarang: apakah NTB siap menghadapi tantangan ini?
Satu hal yang pasti, dengan dukungan pemerintah, inovasi para pelaku UMKM, dan semangat baru yang disuntikkan Wamendag Dyah Roro, mimpi “Tenun NTB di Paris Fashion Week” bukanlah hal yang mustahil. Sebaliknya, itu hanya awal dari kejayaan besar UMKM Indonesia. Berani coba?