Sabtu malam yang biasa dipenuhi dentuman musik di diskotik Kota Mataram dan Lombok Barat mendadak gaduh. Bukan oleh DJ atau pengunjung yang terlalu heboh, tapi karena tim gabungan dari Polda NTB dan TNI masuk ke lokasi hiburan malam.
Menggelar Operasi Penegakan dan Ketertiban Disiplin (Ops Gaktibplin), Subbid Paminal Bidpropam Polda NTB yang dipimpin oleh Kompol I Made Yogi Purusa Utama ini seperti pasukan pemburu yang siap menyergap. Targetnya? Para anggota Polri dan TNI yang nekat ‘mejeng’ di tempat hiburan malam sambil menikmati minuman keras – tanpa surat perintah tugas.
Seperti yang disampaikan Kompol Yogi, operasi ini bukan sembarang show off. “Sasaran operasi gabungan ini adalah anggota Polri dan TNI yang memasuki tempat hiburan malam seperti diskotik dan kafe sambil mengonsumsi miras tanpa dilengkapi surat perintah tugas,” tegasnya dengan nada penuh ketegasan.
Pasukan Khusus Masuk Diskotik
Operasi ini melibatkan 20 personel dari Subbid Provos, Subbid Paminal, POM TNI AD, AL, AU, serta Provos Satbrimob Polda NTB. Bahkan Biddokkes Polda NTB ikut turun tangan, lengkap dengan formasi pasukan sekelas razia elite.
Diskotik dan kafe yang jadi sasaran cukup bergengsi. Di Kota Mataram, razia dimulai dari The Plaza Karaoke, Kafe Executive, sampai Kings Man. Sementara di Lombok Barat, tim menyasar Kafe Eterna, The Paragon, Kafe Capo G, dan Metropolis. Tempat-tempat ini sudah terkenal sebagai destinasi hiburan malam papan atas.
Tak butuh lama, pasukan langsung mengacak lokasi. Musik dihentikan, pengunjung berhamburan duduk manis. Satu persatu, identitas mereka diperiksa. KTP dan KTA (Kartu Tanda Anggota) jadi barang paling dicari malam itu.
Drama Nihil di Lapangan
Meski turun dengan semangat tinggi, hasil di lapangan membuat situasi agak canggung.
“Dari hasil pemeriksaan terhadap sejumlah pengunjung, tidak ditemukan adanya anggota Polri maupun TNI yang berada di tempat hiburan malam,” kata Kompol Yogi dengan senyum tipis, mungkin antara lega dan kecewa.
Ya, operasi yang digadang-gadang bakal jadi ‘hajatan besar’ ini berakhir dengan tangan kosong. Tidak ada seragam di keremangan diskotik.
Meski begitu, Yogi tetap menegaskan bahwa operasi ini bukan hanya tentang menangkap basah anggota yang bandel. Lebih dari itu, operasi ini adalah sinyal keras dari institusi. “Operasi ini untuk mencegah dan meminimalisir pelanggaran disiplin, kode etik profesi Polri (KEPP), dan tindakan pelanggaran hukum lainnya,” jelasnya.
Kenapa Tempat Hiburan Malam?
Pertanyaan yang banyak muncul setelah operasi ini: kenapa tempat hiburan malam selalu jadi kambing hitam? Menurut pengamat, ini bukan tanpa alasan. Tempat-tempat seperti diskotik dan kafe sering kali jadi lokasi rawan bagi anggota Polri dan TNI yang ingin ‘menyelinap’. Kehadiran mereka di sana, apalagi jika disertai konsumsi miras, bisa mencoreng citra institusi.
Namun di sisi lain, banyak pengunjung yang berkomentar santai saat dimintai pendapat. “Razia seperti ini bagus, biar nggak ada yang main-main. Tapi kalau malam ini nggak ada yang ketemu, ya berarti kan kita tertib,” ujar salah satu pengunjung yang enggan disebut namanya, sambil melanjutkan kopi malamnya.
Panggung Malam yang Tetap Berjalan
Meski sempat berhenti sejenak karena razia, beberapa kafe langsung kembali beroperasi. Musik dimainkan, gelas-gelas kembali berdenting. Malam itu seperti tak ada yang terjadi. Tapi mungkin ada yang tetap merasa lega – setidaknya, tak ada seragam yang tertangkap basah malam ini.
Kompol Yogi menegaskan operasi serupa masih akan terus digelar. Jadi, buat anggota yang suka ‘mejeng’ di malam hari, hati-hati saja. Siapa tahu, pasukan gabungan datang lagi dengan lebih tajam dan hasil yang lebih mengejutkan.
Operasi ini boleh saja nihil, tapi pesan moralnya jelas: tidak ada ruang untuk seragam yang bandel. Diskotik boleh tetap gemerlap, tapi disiplin harus tetap terang benderang.