banner 728x250
Berita  

Darah di Perantauan, Mandor Asal Lombok Tewas Ditikam Anak Buahnya, Kisah Dendam Lama yang Membara di Tanah Seberang

banner 120x600
banner 468x60


Nasib tragis menimpa Ahmad Rifai, seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Desa Pendem, Kecamatan Janapria, Lombok Tengah. Pria yang sudah tiga tahun bekerja sebagai mandor di sebuah perkebunan sawit di Malaysia ini, ditemukan tewas dengan luka tikam di leher dan perutnya. Lebih mengejutkan lagi, pelaku adalah anak buahnya sendiri, seorang operator alat berat yang diduga berasal dari Bugis Makassar.

Peristiwa ini terjadi pada Minggu (15/12), tak lama setelah korban selesai melakukan video call dengan keluarganya di Lombok. Saat Rifai baru saja menutup telepon dan bersiap beristirahat, sang pelaku datang dan menikamnya dari belakang. Tragedi ini kemudian menjadi viral di media sosial, memancing simpati sekaligus kemarahan warganet.

banner 325x300

Komunikasi Terakhir yang Mengiris Hati
Kepala Desa Pendem, Hasan Basri, mengungkapkan bahwa beberapa saat sebelum kejadian, Rifai sempat menghubungi keluarganya melalui video call. “Dia menanyakan kabar keluarga dan bercanda sebentar, setelah itu ponselnya mati. Tak lama kemudian kami mendapat kabar bahwa Rifai telah meninggal,” ujar Hasan dengan suara berat.

Menurut keluarga, Rifai tidak pernah mengeluhkan adanya masalah dengan anak buahnya. Bahkan hubungan mereka terlihat baik-baik saja. Namun, dugaan sementara menyebutkan dendam lama menjadi pemicu. Beberapa bulan sebelumnya, Rifai pernah memarkir motornya di dekat jalur alat berat, sehingga menghalangi pekerjaan pelaku. Insiden kecil itu, yang berujung pada rusaknya sepeda motor Rifai, diduga menjadi bara yang akhirnya membakar emosi pelaku.

Dendam Sepele yang Merenggut Nyawa
“Pelaku menikam korban dari belakang, langsung mengenai leher dan perut,” jelas Hasan. Luka yang menganga di tubuh Rifai menjadi saksi bisu amarah yang meledak tanpa kendali. Kejadian ini pun menyisakan duka mendalam bagi keluarga dan warga Desa Pendem.

Di sisi lain, Kepala Bidang Penempatan, Perluasan Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Lombok Tengah, Supiandi, menduga Rifai berangkat ke Malaysia secara non-prosedural. “Kami sedang melakukan penelusuran lebih lanjut. Apapun itu, ini adalah tragedi besar bagi PMI kita,” katanya.

Jenazah yang Masih Tertahan di Negeri Jiran
Saat ini, jenazah Ahmad Rifai masih dalam proses pemulangan. Pengurusan dokumen dilakukan oleh pihak keluarga, pemerintah desa, dan dinas terkait. Sementara itu, pelaku sudah diamankan oleh pihak kepolisian Malaysia.

Namun, proses hukum di negeri jiran itu masih menyisakan banyak tanda tanya, terutama terkait motif pasti dari penikaman ini. Apakah benar dendam lama menjadi penyebabnya? Atau ada faktor lain yang belum terungkap?

“Sang Pejuang Sawit”: Korban Nasib Buruk Sistem Migrasi
Ahmad Rifai hanyalah satu dari ribuan TKI yang mengadu nasib di negeri orang. Ia meninggalkan tanah kelahirannya demi menghidupi keluarga, namun malah pulang dalam peti jenazah. Kisah ini mencuatkan kembali persoalan keamanan dan perlindungan bagi PMI yang sering kali berangkat dengan jalur non-prosedural.

“Kami berharap ini menjadi perhatian pemerintah. Nasib para PMI harus benar-benar dijaga, apalagi mereka adalah pahlawan devisa,” kata seorang kerabat korban.

Duka, Kemarahan, dan Harapan
Kisah tragis ini mengguncang Lombok, menyulut emosi dan simpati dari berbagai kalangan. Ahmad Rifai bukan hanya korban dari tikaman mematikan, tetapi juga dari sistem yang belum sepenuhnya melindungi pekerja migran.

Saat jenazah Rifai tiba nanti, tangis duka dan doa akan mengiringinya pulang ke tanah kelahirannya. Namun, kasus ini harus menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah, masyarakat, dan para PMI agar tragedi seperti ini tidak lagi terulang.

“Ketika Nasib di Negeri Seberang Berujung Darah, Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?”
Judul dan kisah ini mungkin viral di media sosial, tetapi lebih dari itu, semoga menjadi pendorong untuk perubahan nyata. Karena di balik setiap PMI, ada keluarga yang menanti, ada cita-cita yang ingin diraih, dan ada hak yang seharusnya terlindungi.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *