banner 728x250
Berita  

Derasnya Arus, Hilangnya Asila, Misteri di Irigasi yang Mencekam

banner 120x600
banner 468x60

Tragedi memilukan kembali mengguncang hati masyarakat Lombok Timur. Asila Ausy Zahara, bocah berusia tujuh tahun dari Dusun Semogen, Desa Dane Rase, Kecamatan Keruak, telah menjadi korban ganasnya arus irigasi. Selama dua hari penuh, tim gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, Satpol PP, hingga masyarakat setempat berjibaku tanpa kenal lelah untuk menemukan jejaknya. Namun, sejauh ini, hasilnya nihil.

Kisah hilangnya Asila bermula dari aktivitas polos anak-anak: bermain hujan di sekitar saluran irigasi. Siapa sangka, hujan deras yang membawa keceriaan berubah menjadi petaka. Saat duduk di tepi irigasi untuk mencuci kaki, Asila terpeleset dan langsung terseret arus deras. Temannya yang mencoba menyelamatkannya hanya bisa berteriak histeris, menyaksikan gadis kecil itu lenyap ditelan arus.

banner 325x300

“Misi yang Menegangkan di Tengah Sampah dan Reptil Berbahaya”

Tim gabungan yang turun ke lokasi menghadapi berbagai tantangan ekstrem. Sampah menumpuk, semak belukar yang rimbun, hingga kemunculan reptil berbahaya menjadi hambatan nyata di lapangan. “Kami menyisir dari titik jatuhnya korban hingga ke muara Dusun Telage Bagek, tetapi pencarian hari pertama tidak membuahkan hasil,” ujar I Gusti Komang Ariadana, Rescuer Pos SAR Kayangan.

Pada hari kedua, pencarian diperluas dengan menyisir ulang aliran irigasi hingga muara. Jika belum membuahkan hasil, tim sudah merencanakan untuk memperluas area pencarian ke perairan Desa Tanjung Luar. “Kami harus memastikan setiap sudut sungai, meski kondisinya sulit,” tambahnya.

“Irigasi Mematikan: Ancaman yang Tak Terlihat”

Peristiwa ini kembali menjadi alarm bagi keselamatan anak-anak di sekitar irigasi. Masyarakat diminta waspada, terutama saat hujan deras mengguyur. Aliran air yang deras sering kali menyembunyikan bahaya di bawah permukaannya. Tidak hanya sampah, tetapi juga potensi kemunculan binatang liar yang mengancam.

Seorang warga setempat, Pak Hasan, mengungkapkan keprihatinannya. “Sudah sering anak-anak bermain di irigasi, padahal kita tahu alirannya berbahaya. Harus ada tindakan lebih dari pihak berwenang,” ujarnya.

“Duka yang Mendalam dan Harapan yang Belum Padam”

Kehilangan ini bukan hanya duka bagi keluarga Asila, tetapi juga untuk seluruh warga desa yang turut berharap keajaiban terjadi. Di sisi lain, tim SAR terus memberikan upaya terbaik meski waktu dan kondisi terus menjadi musuh utama. Hari ketiga pencarian akan menjadi penentu, apakah misteri hilangnya Asila dapat terjawab atau tidak.

“Kenapa Irigasi Jadi Pembunuh Senyap?”

Tragedi ini menyoroti satu hal penting: irigasi yang tak terurus bisa menjadi pembunuh senyap. Tumpukan sampah, semak liar, dan kurangnya pengamanan di sekitar saluran membuat area ini menjadi perangkap maut, terutama bagi anak-anak. Apakah ini saatnya pemerintah turun tangan lebih serius? Masyarakat Lombok Timur menunggu jawaban.

Hingga berita ini ditulis, harapan belum padam. Doa terus mengalir dari berbagai pihak agar Asila ditemukan, hidup atau setidaknya memberikan ketenangan bagi keluarganya. Tragedi ini menjadi pengingat bahwa keselamatan adalah tanggung jawab bersama, dan setiap langkah kecil bisa menyelamatkan nyawa.

Semoga pencarian hari ini membawa kabar baik.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *