Siapa sangka, delapan benda bersejarah dari Kesultanan Sumbawa yang semula hanya menjadi kisah bisik-bisik di lemari tua, kini tampil megah di Museum Negeri Nusa Tenggara Barat (NTB). Koleksi ini bak “harta karun” yang tak hanya memperkaya museum tetapi juga membawa kisah kejayaan masa lalu Kesultanan Sumbawa ke hadapan publik.
Kepala Museum NTB, Ahmad Nuralam, dengan wajah berseri-seri menceritakan momen luar biasa ini. “Koleksi ini diberikan saat pelantikan Datu Raja Muda pada Mei 2024. Kami langsung letakkan di vitrin Kerajaan Sumbawa, di mana sebelumnya koleksi serupa sudah ada,” ungkapnya saat ditemui di Mataram, Rabu (20/12).
Tidak main-main, koleksi ini meliputi foto Sultan Muhammad Kaharuddin IV, replika keris baruwat, topi Sultan Sumbawa, salepa, pakebas, serta daftar sultan yang mencatat sejarah Kesultanan sejak tahun 1648 hingga hari ini.
Kesultanan Sumbawa: Jejak Kejayaan dari 1648
Kesultanan Sumbawa berdiri megah sejak 30 November 1648, melingkupi wilayah Kabupaten Sumbawa, Sumbawa Barat, hingga pulau-pulau kecil di sekitarnya. Salah satu kebanggaan kesultanan ini adalah regalia, atau dalam bahasa setempat disebut Parewa Kamutar, yang melambangkan kebesaran dan kekuasaan.
Namun, apa artinya regalia ini terkunci di balik dinding istana, jauh dari jangkauan masyarakat? Berkat langkah cerdas Museum NTB, regalia tersebut kini “hidup kembali” dalam pameran yang dapat dinikmati semua kalangan.
“Ini bukan hanya tentang benda, tetapi juga tentang membangun kepercayaan masyarakat bahwa museum adalah rumah yang aman untuk pusaka budaya,” tambah Nuralam.
Museum: Tempat Bertemunya Sejarah dan Masyarakat
Langkah ini mendapat pujian dari berbagai pihak, termasuk Guru Besar Antropologi Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Muhammad Saleh Eding. “Museum adalah tempat perjumpaan kebudayaan. Masyarakat tidak perlu ke Sumbawa untuk melihat pusaka. Cukup datang ke sini, dan mereka bisa menyaksikan jejak sejarah Kesultanan Sumbawa,” tuturnya penuh semangat.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Sumbawa, Iskandar, juga tak ketinggalan mengapresiasi. Baginya, kolaborasi antara Kesultanan Sumbawa, museum, dan penetapan cagar budaya adalah langkah strategis. “Semangat saling mendukung ini sangat luar biasa. Sumbawa bergerak maju, museum menjadi wadah publikasi. Ini seperti simfoni sejarah,” ujarnya dengan nada optimis.
Pesan untuk Generasi Mendatang
Namun, di balik euforia ini, ada pesan mendalam yang ingin disampaikan. Koleksi ini bukan sekadar benda mati, melainkan pengingat akan kejayaan masa lalu yang perlu dijaga dan diwariskan. “Kita tidak hanya bicara tentang masa lalu, tetapi juga masa depan. Bagaimana koleksi ini bisa menjadi inspirasi generasi mendatang untuk mencintai sejarah mereka,” pungkas Nuralam.
Jadi, tunggu apa lagi? Jika Anda ingin merasakan sensasi “menjelajah waktu” tanpa harus melangkah ke Sumbawa, Museum NTB adalah jawabannya. Jangan lewatkan kesempatan untuk melihat delapan “harta karun” Kesultanan Sumbawa yang kini menjadi milik kita bersama.
“Datang, lihat, dan resapi cerita besar yang tersimpan di balik benda-benda kecil ini!”