Presiden RI Prabowo Subianto tampaknya tak mau setengah-setengah dalam menunjukkan peran Indonesia di kancah dunia. Baru saja dilantik Oktober lalu, ia langsung tancap gas mengarungi gelombang diplomasi global dengan serangkaian lawatan ke berbagai negara. Puncaknya, kehadiran Prabowo di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) D-8 di Mesir menandai tonggak baru kepemimpinan Indonesia di forum internasional.
Dalam KTT D-8, Prabowo menerima tongkat estafet kepemimpinan organisasi dari Mesir untuk periode 2026–2027. Organisasi ini, yang didirikan pada 1997, menjadi wadah kolaborasi delapan negara besar dunia Islam: Indonesia, Bangladesh, Iran, Malaysia, Mesir, Nigeria, Pakistan, dan Turki.
Namun, sorotan tidak berhenti di Mesir. Sebelumnya, Presiden Prabowo telah menggetarkan dunia diplomasi dengan serangkaian lawatan luar negeri, membuktikan bahwa Indonesia bukan hanya pemain pinggiran, melainkan motor penggerak isu global.
Investasi Fantastis dari China
Di Beijing, 8–9 November 2024, Prabowo memastikan Indonesia kebanjiran investasi sebesar USD 10,07 miliar (Rp157,64 triliun). Kesepakatan ini mencakup sektor strategis seperti ketahanan pangan, energi, dan hilirisasi komoditas. Bahkan, kerja sama sains dan teknologi antara kedua negara dirancang untuk mendongkrak daya saing Indonesia.
Tak hanya angka, Prabowo juga membawa pulang program makan bergizi gratis yang melibatkan pendanaan bilateral. Ini menjadi sinyal bahwa diplomasi ekonomi Presiden bukan sekadar seremoni, tetapi solusi nyata bagi rakyat.
Langkah Besar di Amerika Serikat
Dari Asia ke Amerika, 10–12 November 2024, Prabowo bertemu Presiden Joe Biden untuk membahas geopolitik dan ekonomi global. Konflik di Gaza dan Laut China Selatan menjadi salah satu topik panas. Tidak ketinggalan, dialog dengan raksasa industri seperti Freeport dan Chevron membuka peluang lebih besar bagi investasi AS di Indonesia.
Peran Utama di KTT G20 Brasil
Di Brasil, 18–19 November 2024, Prabowo tak sekadar hadir. Ia menyerukan pentingnya kolaborasi global dalam mengentaskan kemiskinan. Dengan visinya mencapai net zero emission pada 2050, Indonesia kembali diperhitungkan dalam agenda lingkungan dunia.
Kolaborasi Bersejarah di Inggris
Di Inggris, 20–21 November 2024, Presiden Prabowo bertemu Raja Charles III dan PM Keir Starmer, mengantongi komitmen investasi USD 8,5 miliar (Rp135,31 triliun). Selain itu, Indonesia dan Inggris sepakat memperkuat kolaborasi di bidang AI, pendidikan digital, dan kesehatan. Tak kalah penting, Inggris mendukung reformasi Indonesia untuk memenuhi syarat keanggotaan OECD.
Abu Dhabi, Sang Magnet Kerja Sama
Kunjungan Prabowo ke Uni Emirat Arab pada 23 November 2024 menandai tujuh kesepakatan kerja sama strategis, mulai dari energi hingga kebudayaan. Presiden UAE Mohamed bin Zayed menyebut Indonesia sebagai mitra strategis utama di Asia.
Pesan untuk Dunia
Dengan jadwal yang padat dan kesepakatan bersejarah di setiap negara, Prabowo membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang proaktif dan visioner. “Kita harus berani bermimpi besar, karena Indonesia punya potensi besar,” ungkapnya dalam pidato di KTT G20.
Bersaing dengan Bayang-Bayang Jokowi
Meski demikian, langkah Prabowo ini tak lepas dari bayang-bayang pendahulunya, Joko Widodo. Jokowi, meski lebih fokus pada urusan domestik, juga mencatatkan langkah besar di Filipina, Vietnam, hingga KTT ASEAN-Australia sebelum masa jabatannya berakhir.
Namun, gaya Prabowo yang lebih agresif dalam diplomasi global membuat dunia bertanya-tanya: “Apakah ini awal dari era Indonesia sebagai superpower baru?”
Netizen Heboh
Tak sedikit netizen yang kagum dengan langkah diplomasi Prabowo. “Bapak Presiden bukan cuma bikin janji, tapi bawa hasil nyata. Ini baru presiden idaman!” tulis seorang warganet.
Namun, ada juga yang skeptis, “Apakah investasi ini akan benar-benar dirasakan rakyat, atau hanya untuk konglomerat?”
Dengan berbagai langkah strategis ini, tak berlebihan jika menyebut Prabowo Subianto sebagai presiden yang menyiapkan Indonesia untuk bersinar di panggung dunia. #PrabowoDiplomasiGlobal pun langsung menjadi trending topic di media sosial.
Indonesia, bersiaplah untuk era emas diplomasi internasional!