banner 728x250
Berita  

Serangan Subuh! Pabrik Miras Tuak dan Brem Digulung Polisi di Narmada dan Lingsar

banner 120x600
banner 468x60

Investigasiindonesia.com Pagi buta kemarin (19/12), suasana tenang di Narmada dan Lingsar berubah mencekam. Tim gabungan Satresnarkoba dan Satsamapta Polresta Mataram menyerbu sejumlah lokasi produsen minuman keras tradisional. Operasi ini bukan sekadar gertakan, melainkan langkah strategis untuk mencegah potensi konflik sosial yang sering berawal dari botol-botol tuak dan brem.

“Persoalan gangguan kamtibmas sering dipicu pengaruh miras. Arahan Kapolresta jelas, kita harus turun langsung menangani ini,” ujar AKP I Gusti Ngurah Bagus Suputra, Kasatresnarkoba Polresta Mataram, penuh semangat. Dalam penggerebekan itu, polisi mengamankan 17 jeriken tuak dan empat jeriken brem. Minuman tradisional ini, meski berlabel “warisan budaya,” sering menjadi biang keladi kekacauan.

banner 325x300

Tuak dan Brem: Tradisi atau Tragedi?
Bagi banyak warga Lombok, tuak dan brem adalah bagian dari tradisi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, dua jenis minuman ini lebih sering muncul dalam berita kriminal ketimbang dalam upacara adat. “Minuman ini disiapkan untuk diedarkan ke pedagang di Kota Mataram dan Lobar,” tambah Ngurah. Namun, bukannya mendatangkan berkah, alkohol tradisional ini kerap membawa petaka, mulai dari konflik antar-kampung hingga tindak kriminal.

Tak tanggung-tanggung, dalam beberapa insiden sebelumnya, perkelahian massal yang memakan korban jiwa sering bermula dari pesta miras. Kini, menjelang Natal 2024 dan Tahun Baru 2025, aparat tak mau ambil risiko. “Momen-momen seperti ini biasanya jadi ajang pesta miras, yang akhirnya memicu gangguan kamtibmas,” tegas Ngurah.

Produsen Ditindak, Pedagang Diberi Teguran
Uniknya, operasi ini tak langsung menyasar para pedagang. Mereka hanya diberi peringatan keras agar tak lagi menjual barang haram ini. “Kami sadar mereka hanya mata rantai kecil dalam peredaran ini. Fokus utama kami adalah produsen besar,” jelas Ngurah. Namun, apakah peringatan ini cukup efektif? Itu masih jadi tanda tanya.

Sebagian warga berpendapat bahwa solusi terbaik adalah memberikan alternatif penghasilan kepada para produsen. “Kalau cuma dilarang tanpa solusi, mereka pasti akan kembali memproduksi. Ini sudah jadi mata pencaharian mereka,” ujar seorang tokoh masyarakat setempat yang enggan disebutkan namanya.

Operasi Terbesar Menjelang Liburan
Operasi ini menjadi salah satu yang terbesar menjelang liburan akhir tahun. Kepolisian berkomitmen menjaga stabilitas keamanan di wilayah hukum Polresta Mataram. Namun, apakah penggerebekan ini cukup untuk menekan angka kejahatan? Statistik menunjukkan bahwa tindakan represif seperti ini harus diimbangi dengan pendekatan preventif, termasuk edukasi dan pemberdayaan masyarakat.

“Kami Hanya Ingin Aman!”
Masyarakat sendiri menyambut baik langkah polisi. “Sudah terlalu sering konflik di kampung kami terjadi karena miras. Kami cuma ingin hidup tenang,” ungkap seorang ibu rumah tangga di Narmada. Namun, ia juga mengingatkan agar operasi seperti ini tidak hanya berlangsung musiman.

Sementara itu, pihak kepolisian menegaskan bahwa operasi serupa akan terus dilakukan. “Ini bukan langkah satu kali. Kita berkomitmen menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, terutama di momen-momen krusial seperti Natal dan Tahun Baru,” tutup Ngurah.

Viralnya Operasi Miras
Dalam waktu singkat, berita penggerebekan ini menyebar di media sosial. Video jeriken-jeriken miras yang diangkut polisi menjadi viral, memancing berbagai reaksi. Sebagian memuji langkah tegas polisi, sementara lainnya mengkritik minimnya solusi jangka panjang bagi para produsen.

Apa pun itu, satu hal yang pasti: di balik setiap jeriken yang disita, ada kisah kompleks tentang tradisi, ekonomi, dan kriminalitas. Dan saat Lombok bersiap menyambut tahun baru, perang melawan miras tampaknya baru saja dimulai.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *