banner 728x250
Berita  

DIPONEGORO DITELAN SEJARAH? CHELSEA DAN TENTARA JOGJA MEMBUKA TABIR!

banner 120x600
banner 468x60

Ada kisah luar biasa di Museum Diponegoro. Tempat sederhana di bawah naungan Korem 072/Pamungkas ini ternyata menyimpan energi sejarah yang masih hidup, meski tak mendapat perhatian layak dari pemerintah. Bayangkan, seorang remaja putri bernama Chelsea, mampu menjelaskan dengan detail sosok Diponegoro, setara dengan pakar sejarah!

Chelsea, dengan buku penuh coretan stabilo dan catatan, menyampaikan cerita Diponegoro dengan semangat yang tak biasa. “Saya baca ini,” katanya, sambil menunjuk buku karya Peter Carey yang dihadiahkan langsung oleh sang penulis. Buku itu, saksi bisu perjuangan Diponegoro, menjadi jendela bagi Chelsea memahami pahlawan nasional itu.

banner 325x300

Namun, cerita tidak berhenti di situ. Ada Letda Inf Wargo Suyanto, seorang tentara yang menjaga museum. Bersama rekannya, mereka merawat peninggalan sejarah ini, seolah menjadi penjaga takdir agar nama Diponegoro tidak tergerus zaman. Ironisnya, museum ini berdiri di bawah komando militer, bukan Kementerian Kebudayaan. Bukankah seharusnya peninggalan semacam ini menjadi tanggung jawab negara sebagai warisan budaya?

“MUSEUM SEHARGA JIWA PERJUANGAN”

Pendapa Diponegoro ini dulunya hampir hilang. Berkat inisiatif Jenderal Surono, kompleks ini berhasil diselamatkan dari ancaman lenyap, baik karena okupasi warga maupun klaim ahli waris. Tapi melihat kondisi museum yang “terlalu sederhana”, banyak yang bertanya-tanya: Apakah ini layak menjadi representasi jiwa perjuangan Diponegoro?

Peter Carey, sejarawan yang menghidupkan kembali kisah Diponegoro dalam karyanya, telah menjelaskan betapa besar pengaruh pahlawan ini. Perang Jawa (1825-1830), yang dipimpin Diponegoro, hampir membuat Belanda bangkrut. Sebanyak 200.000 orang tewas—angka yang setara dengan 20 juta nyawa di zaman modern!

DAENDELS, REVOLUSI PRANCIS, DAN DARI ANYER KE PANARUKAN

Chelsea dan buku Carey juga membuka fakta mengejutkan: Perang Jawa ternyata tidak lepas dari pengaruh Revolusi Prancis. Herman Willem Daendels, yang dikenal dengan pembangunan Jalan Raya Pos dari Anyer hingga Panarukan, sebenarnya adalah kepanjangan tangan Napoleon Bonaparte. Bayangkan, Prancis, Belanda, dan Jawa terhubung dalam jaringan politik dan militer yang rumit!

Daendels, meskipun orang Belanda, dibenci oleh kerajaannya sendiri karena ide revolusionernya. Setelah gagal menjadi hakim di negaranya, ia lari ke Prancis dan menjadi patriot di bawah Napoleon. Dari sana, ia dikirim secara rahasia ke Jawa untuk mengamankan jajahan Prancis dari ancaman Inggris.

LUBANG DI TEMBOK DAN PERJUANGAN YANG MENJEBOL SEJARAH

Salah satu sudut museum yang paling ikonik adalah tembok belakang yang berlubang besar. Lubang itu adalah tempat di mana Diponegoro meloloskan diri dari kepungan Belanda pada malam hari. Bersama kudanya dan para pengikutnya, ia berlari menuju Gua Selarong, memulai babak baru perjuangan yang berlangsung selama lima tahun.

HARAPAN DI TENGAH SEDERHANA

Chelsea, seorang remaja, dan tentara seperti Letda Wargo, menjadi simbol harapan bahwa sejarah tidak akan mati meski hanya digerakkan oleh segelintir orang. Namun, bukankah sudah saatnya Museum Diponegoro ini dikelola lebih profesional? Dengan luas hampir tiga hektar, museum ini punya potensi menjadi destinasi edukasi sejarah yang mendunia.

Kisah Chelsea, buku Peter Carey, dan semangat para tentara penjaga museum ini adalah pengingat bahwa kita punya tanggung jawab besar untuk merawat warisan sejarah. Jangan sampai Diponegoro hanya menjadi nama jalan, tanpa jiwa perjuangan yang dikenang.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *