Tiga sekolah rusak parah, murid-murid terlantar, dan angin kencang jadi kambing hitam! Pemerintah Kabupaten Lombok Timur akhirnya turun tangan dengan alokasi anggaran Rp 15 miliar untuk perbaikan sekolah pada tahun 2025. Langkah ini digadang-gadang jadi upaya penyelamatan darurat, sekaligus solusi jangka panjang untuk fasilitas pendidikan yang hampir roboh akibat cuaca ekstrem dan usia bangunan yang usang.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Lombok Timur, Izzuddin, membeberkan fakta memprihatinkan tentang kondisi sekolah-sekolah di daerah tersebut. Salah satunya, SDI 1 Yaqin di Desa Pemongkong, yang tidak hanya kekurangan ruang belajar tetapi juga mengalami kerusakan akibat cuaca ekstrem. Rencana pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) kini jadi prioritas utama.
“Kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan. Kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Perkim dan BPBD untuk segera memperbaiki fasilitas pendidikan yang terdampak,” tegas Izzuddin, penuh harapan.
Tiga Sekolah Darurat Butuh Penanganan Cepat
Selain SDI 1 Yaqin, SDN 5 Jerowaru di Kecamatan Jerowaru dan SDN 1 Embung Tiang di Kecamatan Sakra Barat juga masuk daftar merah. Di SDN 5 Jerowaru, atap ruang kelas ambruk akibat hujan deras dan angin kencang. Kepala sekolah, Muhammad Nasir, mengungkapkan bahwa kondisi kayu-kayu atap sudah lapuk sejak lama, namun renovasi tak kunjung tiba.
“Beruntung kami sempat mengosongkan ruangan sebelum kejadian, jadi tidak ada korban. Tapi bangku dan kursi murid sudah banyak yang rusak,” ujarnya.
Sementara itu, di SDN 1 Embung Tiang, ancaman datang dari sungai yang nyaris menggerus lokasi sekolah. Untuk mencegah bencana lebih besar, Dinas PUPR akan mengalihkan aliran sungai ke sebelah barat.
Rp 15 Miliar: Cukup atau Sekadar Obat Nyamuk?
Meski anggaran Rp 15 miliar dari APBD sudah disiapkan, Izzuddin berharap ada tambahan dana untuk memperbaiki lebih banyak sekolah. Pasalnya, masih banyak sekolah yang kondisinya “gak layak banget” untuk proses belajar mengajar.
“Anggaran ini baru langkah awal. Kita masih butuh tambahan untuk menangani sekolah-sekolah lain yang sudah masuk kategori memprihatinkan,” ungkapnya.
Fasilitas Pendidikan atau Perang Melawan Waktu?
Tidak hanya soal anggaran, koordinasi lintas dinas juga jadi kunci. Dinas Perkim, BPBD, dan PUPR kini bekerja keras agar rencana perbaikan berjalan sesuai jadwal. Namun, dengan cuaca ekstrem yang makin sering terjadi, apakah solusi ini akan cukup?
Pemerintah Kabupaten Lombok Timur ditantang untuk membuktikan bahwa mereka serius menangani krisis ini. Jika tidak, generasi muda di daerah tersebut akan terus dirugikan.
Tantangan Buat Pemimpin Daerah
Sekolah adalah simbol harapan, tempat anak-anak mengukir mimpi. Tapi apa jadinya jika dindingnya runtuh dan atapnya ambruk? Perbaikan bukan lagi pilihan, melainkan kewajiban mutlak. Anggaran Rp 15 miliar harus tepat sasaran, tanpa drama birokrasi yang berbelit-belit.
Ini bukan sekadar soal infrastruktur. Ini soal masa depan. Dan masa depan itu dimulai hari ini, dengan tindakan nyata.
Lombok Timur, jangan sampai generasimu hilang hanya karena atap sekolah roboh!