Sekotong sedang tidak baik-baik saja. Rabu (1/1), hujan deras yang mengguyur wilayah ini sejak pagi berujung bencana. Banjir besar melanda delapan desa sekaligus: Batu Putih, Sekotong Tengah, Sekotong Barat, Pelangan, Taman Baru, Buwun Mas, Pengantap, dan Desa Persiapan Belongas. Warga panik, air terus naik, dan kebutuhan mendesak langsung menjadi prioritas.
Di Dusun Labuan Poh Timur, Desa Batu Putih, 50 kepala keluarga terjebak air bah. “Banjir mulai naik sekitar pukul 11.00 WITA. Hujannya gila-gilaan,” kata Munahir, Kepala Dusun setempat. Sementara itu, Desa Buwun Mas dan Pengantap juga babak belur diterjang banjir yang merendam puluhan rumah.
Tidak hanya rumah, jalanan berubah menjadi sungai dadakan, menyulitkan akses keluar-masuk desa. Warga yang terjebak di dalam rumah mengandalkan bantuan seadanya dari relawan. “Kami butuh terpal, matras, makanan siap saji. Sekarang ini yang penting bisa bertahan,” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Anggota DPRD Lombok Barat, H. Sahwan, mengonfirmasi bahwa pihaknya sudah melaporkan kondisi ini ke pemerintah daerah. Tapi entah kapan akan ada tindakan nyata. “Banjir ini sudah kami laporkan, tapi ya kita tahu lah prosesnya lambat,” katanya sambil geleng-geleng kepala.
Kepala BPBD Lombok Barat, H. Sabidin, mengatakan petugas sudah bergerak ke lokasi. “Kami terima laporan dan langsung turun ke lapangan,” ucapnya. Namun, kehadiran petugas tak kunjung memberi rasa aman bagi warga. Abdul Aziz, seorang warga Kecamatan Sekotong, menyebut bahwa banjir ini bukan kejadian baru. “Ini kan langganan tiap tahun. Penanganannya selalu gitu-gitu aja. Disurvei doang, terus hilang kabarnya,” keluhnya.
Masalah ini bukan hanya soal curah hujan tinggi, tapi juga alih fungsi hutan dan pengelolaan sampah yang amburadul. “Hutan jadi ladang, sampah numpuk di mana-mana. Hujan deras sedikit langsung banjir. Apa yang kita harapkan kalau begini terus?” lanjut Aziz dengan nada frustasi.
Kades Buwun Mas, Rochidi, menambahkan bahwa banjir melanda hampir seluruh dusun di desanya, terutama di dataran rendah dan pesisir. “Potensi banjir ini nggak bisa dihindari kalau nggak ada solusi permanen,” ujarnya.
Bagi warga Sekotong, banjir bukan hanya air yang menggenang. Ini adalah potret dari buruknya manajemen bencana dan perencanaan jangka panjang. “Kami butuh solusi nyata, bukan sekadar survei dan janji-janji manis,” tegas Aziz. Tahun baru, masalah lama, tapi harapan tetap ada, meski makin tipis.