Sakra memanas! Kamis (2/1), tim Satpol PP Lombok Timur melakukan aksi pembongkaran lapak pedagang di Lapangan Gora, Kecamatan Sakra, yang bikin heboh seantero warga. Ini bukan kali pertama mereka turun tangan. Menurut Kasi Trantibum Kecamatan Sakra, Agus Ihwani, ini sudah penertiban kedua. “Masih ada sekitar 5-6 lapak yang belum kami tertibkan. Sebelumnya, puluhan lapak di pinggir jalan dan lapangan juga sudah kami bongkar,” ujarnya dengan tegas.
Lapak-lapak ini dianggap bikin pemandangan kumuh dan mengganggu pengguna jalan. Bahkan, warga sekitar mengeluh soal musik yang diputar pedagang sampai larut malam. “Masyarakat terganggu, kami hanya menjalankan tugas,” tambah Agus, menjelaskan bahwa lapak-lapak tersebut dibangun tanpa izin Pemda.
Ironisnya, beberapa lapak yang dibongkar justru dibangun oleh Pemerintah Desa Sakra sendiri. Namun, meski sudah ada lampu hijau dari Pemdes untuk membongkar, pedagang tetap ngotot bertahan. Mereka mengklaim sudah lama berjualan di lokasi itu, dengan uang pribadi yang diinvestasikan untuk membangun lapak.
Dugaan makin berat ketika muncul laporan bahwa beberapa lapak ini menjual minuman beralkohol, bahkan tetap buka selama Ramadan dengan menyediakan makanan dan minuman di siang hari. Aduh, panas banget ini!
Meski sudah diberi surat imbauan untuk pindah secara sukarela, enam pedagang bersikeras bertahan. Satpol PP bahkan memberikan opsi untuk mengurus izin, tetapi langkah ini seolah hanya menjadi angin lalu. “Pemdes juga sudah meminta mereka pindah, tapi mereka tetap keras kepala,” kata Agus.
Pedagang vs Satpol PP: Laga Panas di Lapangan!
Ketika tim Satpol PP mulai membongkar, drama tingkat tinggi pun meledak. Pedagang melakukan perlawanan sengit. Ada yang mengadang petugas, bahkan satu di antaranya melayangkan tendangan yang membuat seorang anggota Satpol PP tumbang dan pingsan di tempat. Kejadian makin panas ketika beberapa pedagang menyiram air ke arah petugas. Situasi sempat kacau, namun akhirnya Satpol PP berhasil menyelesaikan pembongkaran.
Baiq Nurhayana, salah satu pedagang yang lapaknya jadi korban, merasa kebijakan ini sangat tidak adil. “Kami sudah lama berjualan di sini, tidak pernah ada masalah sebelumnya. Kami juga membantu keluarga pasien yang butuh makanan atau kebutuhan lain,” ungkapnya, dengan nada penuh emosi. Ia bahkan menyebut tindakan Satpol PP sebagai bentuk arogansi.
Nurhayana juga menyinggung janji pemerintah kecamatan yang katanya akan memberikan lapak permanen setelah mediasi di kantor desa. Sayangnya, janji itu dianggap hanya manis di mulut tanpa bukti di lapangan.
Netizen Heboh, Pro-Kontra Menggema
Berita pembongkaran ini langsung bikin heboh di media sosial. Tagar #LapanganGoraPanas dan #SatpolPPVSPedagang trending di Twitter. Netizen terbelah. Sebagian mendukung langkah Satpol PP untuk menertibkan area publik, tapi banyak juga yang menyayangkan cara pendekatan yang dianggap terlalu kasar.
“Kalau memang gak ada izin, ya bongkar aja. Masa dibiarkan bikin kumuh?” tulis akun @WargaSakraMilitan. Di sisi lain, akun @SakraVoice menulis, “Kasihan pedagang kecil! Mereka cari makan, kok malah ditendang-tendang.”
Apakah ini akhir dari drama Lapangan Gora? Atau justru awal dari babak baru? Kita tunggu saja kelanjutannya!